Pintu Waktu


Judul: Pintu Waktu
Penulis: Pierdomenico Baccalario
Penerjemah: Damaring Tyas Wulandari, S.Si.
Cetakan: 2006
Penerbit: Erlangga for Kids (Penerbit Erlangga)
Tebal: 222
Cover: Hard cover

“Jangan pernah berpikir kalau hantu tidak bersuara. Mereka dapat membuat berbagai macam kebisingan (langkah kaki, rantai yang berdencing, bel yang berdentang) dan sering kali dapat berbicara. Selain itu, mereka tidak selalu tanpa raga. Hantu biasanya menghantui rumah-rumah yang di dalamnya ada suatu masalah yang belum terselesaikan.”

Jason dan saudara perempuannya Julia, pindah ke sebuah rumah baru yang disewa oleh orang tua mereka di dekat teluk Kilmore Cove. Nama rumah itu Argo Manor. Argo Manor berada di atas sebuah tebing tinggi yang menghadap ke laut. Di bawah tebing ombak berdebur menghantam karang. Deretan pepohonan berdiri rapi di setiap sisi rumah, dengan bunga beraneka warna. Rumah tua yang besar ini menyimpan misteri bagi Jason. Ia bahkan sudah merasakannya sejak pertama kali meletakkan koper di halaman Argo Manor. Jason selalu merasakan hal-hal yang tidak dirasakan oleh orang lain, sejak dulu. Tubuhnya kadang bisa merasakan jika ada sesuatu yang tidak biasa.

Rumah itu dulunya dimiliki oleh seorang laki-laki tua yang bernama Ulysses Moore. Lelaki ini tidak pernah keluar rumah sepanjang hidupnya.

Suatu hari ketika Ayah dan Ibu mereka pergi ke London, kedua bersaudara: Jason dan Julia serta Rick -teman baru mereka di sekolah- mendapatkan kesempatan untuk menjelajah ruangan-ruangan yang ada di dalam rumah tua yang luas dan besar itu. Berawal dari kecelakaan kecil yang menimpa Jason, mereka menemukan sebuah surat misterius. Tulisan dalam surat itu berisi simbol-simbol dari sebuah peradaban kuno kerajaan Mesir. Dapatkah mereka memecahkan sandi tersebut?

Apa hubungan sandi itu dengan pintu misterius yang ada di dalam ruang batu? Rahasia apakah yang tersimpan di belakang pintu misterius itu?

Jason, Julia, dan Rick bertekad mencari tahu. Berhasilkah mereka?

“Terkadang yang tersisa hanyalah keberuntungan. Lelucon terakhir dari takdir.”

Berlatar sejarah peradaban kuno kerajaan Mesir menjadikan kisah dalam buku ini sebuah cerita petualangan yang tak biasa. Menarik dan mengusik rasa ingin tahumu sekaligus.

Oh ya, buku ini berseri. Dan ini adalah seri pertama dari serial Ulysses Moore.

Comments

  1. Senang banget pas dapat buku ini. Tapi pas baca. Gah. Nggak dapat emosinya sama sekali. Padahal kupikir bakal keren banget ceritanya. >.<

  2. Alurnya memang agak lambat, serasa diputar kemana-mana, kalau dibandingkan cerita petualangan untuk anak menurut aku karya Enid Blyton masih lebih bisa membangkitkan emosi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.