Madilog adalah buku yang menjadi puncak pemikiran terbaik Tan Malaka.
Madilog singkatan dari Materialisme, Dialektika, dan Logika, adalah panduan berpikir yang realistis, pragmatis, dan flexibal. Dalam bukunya ini Tan mengatakan pentingnya ilmu pengetahuan untuk membangun masyarakat Indonesia.
Mengapa Tan sangat menekankan pentingnya pengetahuan? Hal ini erat kaitannya dengan kondisi rakyat Indonesia sendiri yang masih menganut paham feodalisme, bermental budak, dan mengkultuskan tahyul.
Namun Tan juga tidak menyalahkan keadaan itu, karena bangsa Indonesia menurut Tan tidak mempunyai riwayat kesejarahan sendiri selain perbudakan. Karenanya tak mengherankan bila budaya bangsa ini berubah menjadi pasif dan menolak sama sekali penggunaan asas eksplorasi logika sains.
Untuk mengikis nilai-nilai negatif di atas tadi maka Tan memberikan solusinya melalui Madilog. Madilog lahir melalui perpaduan pertentangan pemikiran di antara dua kubu aliran filsafat, yaitu Hegel dengan Marx-Engels. Tan kemudian memadukan kedua pertentangan itu untuk mengubah mental budaya pasif menjadi kelas sosial baru berlandaslan sains, bebas dari alam pikiran mistis. Melalui sains, cara pandang masyarakat Indonesia harus diubah. Logika dikedepankan, pikiran kreatif dieskplorasi.
Hmm… tulisan di buku Tan Malaka, terbitan KPG ini sangat mengesankan bagi saya. Terutama, sebagiannya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini tersimpan.
Mungkin Tan benar, kita semestinya bercermin terlebih dahulu ke diri sendiri sebelum bertindak. Bagaimana bisa membuat negeri ini maju jika di dalamnya masyarakat kita tidak bisa terbuka pada ilmu pengetahuan dan masih berkutat pada hal-hal yang dogmatis sifatnya? Kita tidak akan pernah kemana-mana selama kita tidak berani melihat keluar.
Madilog adalah simbol kebebasan berpikir. Seperti Tuhan yang menganugerahkan manusia akal, maka gunakanlah akal itu seoptimal mungkin. Bebaskan.
Dulu saya suka baca2 buku seperti ini.
sepakat banget dengan Tan, “kita semestinya bercermin terlebih dahulu ke diri sendiri sebelum bertindak …”.
@Mursyid: Wah, suka juga Pak?
kenapa di tulis madilog? bukan materialisme, dialektika dan loogika? karena indonesia tidak tau ilmu pengetahuan dan untuk mengelabuhi belanda.
jadi materialisme, dialektika dan logika disitu, digunakan Tan Malaka untuk membuka idioogi Indonesia yang tersimpan.
wah…,, keren itu.. saya senang baca madilog meski *jjujur, harus mengulangi membaca beberapa kali hingga saya mengerti -maklum lahhh,, hhe
Tan Malaka, Bapak Republik, bukunya MADILOG patut jadi acuan pencerahan bagi setiap anak bangsa.
Sejatinya pemikiran Tan Malaka banyak menginspirasi Bung Karno bahkan Bung Karno sendiri banyak mengutip dari pemikiran Tan Malaka. Tapi ada satu yang harus di tegaskan. Walaupun Tan Malaka berada di partai Komunis (karena menurut pendapatnya PKI sehaluan dengan pemikirannya). Tapi Tan bukanlah ateis… Dalam salah satu bukunya (kalau tak salah ) Dari Penjara ke Penjara. Tan bilang… “bila saya sedang seorang diri, saya adalah MUSLIM”. Kalangan muda yang gandung pada pemikiran Karl Marx pasti mengidolakan Tan Malaka.