Penguasa Lalat


Dokumentasi: dari sini 🙂

Judul asli: Lord of the flies
Penulis: William Golding
Penerbit: Ptaka Baca
Tebal: 312 halaman

Cerita berawal ketika sebuah pesawat dengan penumpang seluruhnya anak-anak terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni. Ralph adalah anak laki-laki berusia 12 tahun lewat beberapa bulan. Ia sudah bukan bocah lagi namun juga belum cukup disebut remaja tanggung. Piggy, kawan pertama yang dijumpai Ralph dan kelak menjadi sahabat untuk berdiskusi dan berdebat. Ada juga Jack di pemarah, pemimpin dari sebuah kelompok paduan suara.

Sekumpulan anak-anak itu kemudian memutuskan Ralph sebagai pemimpin karena ia mempunyai kerang di tangannya. Kerang itu akan mengeluarkan bunyi jika ditiup sebagai tanda berkumpul. Sambil berharap bala bantuan datang meyelamatkan mereka anak-anak itu memutuskan untuk bersenang-senang menikmati kebebasan mereka. Sampai kemudian perpecahan terjadi antara Jack dan Ralph. Ralph menginginkan api terus menyala untuk mendapatkan penyelamatan, sebaliknya Jack menginginkan perburuan. Jack melanggar peraturan dengan mengajak beberapa anak yang bertugas menjaga nyala api untuk berburu, sementara di saat yang sama sebuah kapal tampak di kejauhan namun asap yang dikeluarkan api memudar karena padam.

Jack memutuskan untuk keluar dan membentuk kelompok dengan mengimingi anak-anak lainnya dengan daging. Berburu kemudian memunculkan kegairahan liar dalam diri Jack. Sebaliknya Ralph bersikeras dengan memusatkan perhatiannya pada api. Api tidak saja melindungi mereka dari bahaya ketika malam hari namun juga kerasnya cuaca dan yang terutama penyelamatan. Perpecahan kelompok itu berbuntut dendam yang mendalam pada diri Jack.

Mengutip sinopsis yang ada di sampul belakang, buku ini “mengekspos dualitas sifat manusia -kesenjangan antara ketertiban dan kekacauan, kecerdasan dan naluri, struktur dan kebiadaban.”

Ralph adalah simbol dari sebuah keteraturan, kecerdasan sebaliknya Jack melambangkan sifat-sifat kekacauan, naluri, dan kebiadaban. Ralph menggunakan otaknya sementara Jack mengedepankan nafsu. Seperti dikutip dalam dialog di bawah ini.
“Mana yang lebih baik -memiliki aturan dan sepakat atau berburu dan membunuh?”
“Mana yang lebih baik, hukum dan penyelamatan, atau berburu dan merusak semuanya?” (halaman 269)

Saya ingat perbincangan kecil dengan partner. Dia bilang manusia adalah makhluk yang kompleks.

Apakah seperti dituliskan di catatan pada akhir cerita, bahwa dalam sisi manusia ada pertarungan, seperti dikisahkan dalam adegan ketika Simon berjuang dengan seluruh kekuasaan lemahnya melawan pesan ketua, melawan “pengenalan lama dan mutlak,” pengenalan kapasitas manusia untuk kejahatan dan sifat dasar dangkal sistem moral manusia.” Begitukah?

Saya terpaku. Betapa cerita ini memunculkan banyak pertanyaan yang memenuhi dada? Membaca buku ini begitu menguras energi. Mungkin pada akhirnya seperti Ralph, kita hanya bisa menangisi kegelapan hati manusia.

Tentang Penulis
William Golding, terlahir sebagai Cornwall, 1911. Ayahnya mengajar sains di Marlborough Grammar School. Ia dibesarkan untuk menjadi seorang ilmuwan, namun memberontak. Setelah dua tahun berada di Oxford, dia mengalihkan perhatiannya dari sains menjadi sastra inggris lalu menekuni Anglo-Saxon. Ia kemudian menerbitkan satu buku puisi. Ia bergabung ke dalam Angkatan Laut Kerajaan ketika pecah perang dunia kedua. Kemudian mengakhiri karir Angkatan Laut-nya sebagai letnan yang memimpin sebuah kapal roket. Sesudaha perang dia mengajar dan menulis buku, salah satunya adalah Lord of the flies. Lainnya adalah The Inheritors, Pincher Martin, dan lain-lain. Hobi Golding adalah berpikir, berlayar, dan arkeologi. Pujangga yang mempengaruhinya adalah Euripides dan pengarang tanpa nama Anglo-Saxon The Battle of Maldon.

Comments

  1. Kudu beli buku ini, kudu cari buku ini, kudu baca buku ini. Mbak Enggard emang ahli kompor sejati hahaha

  2. waaah..saya jadi tambah wawasan dengan tulisan mbak enggar ini. William Golding sepertinya sama seperti saya, suka berpikir **hueek**
    bedanya dia suka nulis, saya blogwalking, hahaha

  3. @indri: silakan 🙂

    @Dion: wkwkwkwk… mana ada anggota BBI yang nggak jadi kompor? 😀

    @Helvry: Wah, sama donk… salaman … qiqiqi :))

  4. wah, wah, mbak Enggar bikin aq jadimupeng berat, cari dimana ya buku ini, ini terjemahan ya, bagus tidak terjemahannya ? Duh cari dimana buku ini ya — beluma pernah liat di toko, alamat barang jadul nih 🙁

  5. @asdewi dan @maria mau pinjem bukuku? Boleh kalau mau nih :). Aku juga dulu nemu nggak sengaja kok. Untung aku beli karena abis itu aku lihat di Gramed udah nggak ada.

  6. @jamal: Mengutip Catatan tentang Penguasa Lalat di bagian akhir buku, penguasa lalat (kalau aku tidak salah mempersepsikan ya) adalah simbol kebusukan, kehancuran, kemerosotan moral, histeria, dan panik. Di bagian catatan ini sebenarnya dipaparkan cukup jelas mengenai pemahaman cerita Penguasa Lalat. Mau pinjem? 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.