Judul: Di Mana Ada Cinta, di Sana Tuhan Ada
Penulis: Leo Tolstoy
Penerbit: Serambi
Tebal: 197
Ini adalah kumpulan lima cerita pendek dari sastrawan besar Rusia, Leo Tolstoy. Leo Tolstoy terkenal dengan dua novelnya yang terkenal di dunia yaitu War and Peace dan Anna Karenina.
Kisah pertama bercerita tentang seorang tukang sepatu bernama Martin yang kecewa kepada Tuhan karena putranya mati. Namun kemudian di masa tuanya ia terpanggil untuk kembali ke jalan yang lurus dan bercita-cita untuk bertemu Tuhan. Pada suatu malam Martin bermimpi Tuhan memanggil dan menjanjikan bahwa Ia akan datang esok hari. Keesokan paginya, Martin duduk di tepi jendela untuk bekerja. Setiap ada orang yang tak dikenalinya melintas Martin akan melongok keluar. Pertama, ia melihat seorang tua yang kelelahan bekerja membersihkan salju. Ia kemudian mengajak laki-laki itu masuk ke dalam rumah dan menjamunya. Tamu kedua adalah seorang perempuan miskin yang sedang menggendong seorang anak. Martin menjamu dan memberikan perempuan itu dan anaknya uang serta baju hangat. Dan yang terakhir adalah nenek tua penjaja apel dan seorang pemuda yang mencuri apel itu dari sang nenek. Martin menengahi pertikaian antara mereka. Awalnya si nenek tidak mau memaafkan. Martin kemudian menasihati keduanya. Ia juga menyuruh anak laki-laki itu meminta maaf kepada si nenek dan memberikan apel kepada si pemuda. Sikap lembut dan kebaikan hati Martin melunakkan sang nenek dan anak laki-laki itu. Malam itu Martin menyadari bahwa Tuhan telah menemuinya. Tuhan memerintahkannya agar berbuat baik kepada sesama jika ia ingin ‘bertemu Tuhan’.
Pada kisah Tiga Pertapa diceritakan tiga pertapa suci yang tinggal di sebuah pulau. Seorang uskup berniat mendatangi para pertapa untuk mengajari mereka berdoa dan membantu mereka ke jalan Tuhan. Bersama rombongan sang uskup berlayar menuju pulau tersebut untuk menemui para pertapa. Setelah berhasil melatih ketiga pertapa itu berdoa maka rombongan itu pulang. Namun alangkah kagetnya sang uskup ketika ia melihat para pertapa itu berlari di atas air seolah-olah sedang berada di daratan, mengejar rombongan mereka karena para pertapa itu lupa dengan doa yang diajarkan sang uskup. Kata sang uskup kemudian, “Doa kalian akan didengar Tuhan. Bukan aku yang harus mengajari kalian. Berdoalah untuk kami, para pendosa ini.” (halaman 57)
Kesemua cerita bertema cinta spiritual. Buku ini sangat tepat untuk dibaca dan direnungkan baik-baik.
“Apa gunanya menyeberang lautan untuk mencari Tuhan, bila selama itu aku kehilangan kebenaran yang ada di dalam diriku. Di sini, ya, di sinilah aku harus memperbaiki nasib orang-orang ini.” (halaman 171). Begitulah pertarungan hati Elisha pada saat memutuskan untuk melanjutkan kepergiannya ziarah untuk mencari Tuhan atau menolong manusia lain yang sedang menderita.
Tuhan sesungguhnya tidaklah jauh, ia dekat, bahkan sangat dekat di hati setiap hamba yang mencintai dan mengasihi sesamanya.
Ya..kita tinggal dalam hatiNya 🙂
@Helvry: Yup 🙂