Penulis: Pipiet Senja
Penerbit: Erlangga
Kota Terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 2015
Cetakan: Ke-1
Deskripsi Fisik: 223 Halaman
Kode Buku: 808-813-002-0
ISBN: 978-602-0935-24-9
Sinopsis Romansa 2 Benua
Soli tak pernah tahu siapa ayah kandungnya dan mengapa ibunya sampai hati membuangnya begitu saja? Masa kecilnya dihiasi dengan pergulatan seru melawan kemiskinan dan kekerasan fisik bahkan seksual dari kaum adam. Soli yang tinggal hanya berdua dengan neneknya tercinta harus menjalani pahitnya hidup di sebuah desa kecil di Jawa Barat. Di usianya yang masih belia, Soli telah mendapat pelecehan dan perlakuan sadis dari seorang lelaki jahim. Drama hidup terus berlanjut, ketika Soli harus kehilangan neneknya tercinta, satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Kini, ia harus menjalani kerasnya hidup sebatang kara. Hingga suatu hari, Soli kembali mengalami babak pahit dalam skenario hidupnya. Soli disekap berhari-hari di gerbong kereta, kesuciannya kembali direnggut untuk kedua kali. Namun, kali ini Soli telah berubah, dia berani bangkit melawan dan menghabisi si Durjana. Berbagai hujatan dan penghinaan bertubi-tubi menyerangnya. Kegetiran hidupnya tak kunjung bermuara.
Penantian panjang yang begitu indah dalam imajinasinya itu kini di depan mata. Soli telah menemukan ibu kandungnya yang telah meninggalkannya sejak masih bayi. Kebahagiaan yang menghiasi relungnya kala berjumpa untuk pertama kalinya dengan sosok perempuan yang sudah melahirkannya ke dunia fana itu pun hanya ada dalam kisah dongeng belaka. Sang ibu justru menolak kehadirannya, bahkan mengusirnya. Tidak ada sedikit pun kasih dan sayang seorang ibu yang layaknya dicurahkan kepada buah hatinya. Soli pun pasrah, dia sudah tak mampu berharap.Pada suatu hari, ibu Soli pun datang dan mengajaknya untuk tinggal bersama layaknya keluarga. Bukan girang Soli mendengar kabar itu dan sontak dia langsung mengiayakan. Tak ada sedikit pun rasa curiga terhadapo niat baik sang ibu. Namun, di balik kebaikan hatinya, sungguh tega sang ibu justru menjual Soli. Soli pun tak berdaya. Dia benar-benar telah terpenjara di rumah Baba Liong, tauke tembakau dari Deli yang juga mempunyai bisnis di kota kembang. Soli menjalani hidupnya yang baru bergelimang harta dan kemewahan di rumah Baba Liong hingga pada suatu hari Soli menemukan cinta pertamanya yang bernama Nuwa.
Cinta pertama yang telah membutakan matanya. Cinta pertama yang begitu manis di awalnya. Cinta pertama yang selalu menggetarkan hatinya setiap waktu. Cinta yang justru membawa petaka. Cinta yang justru menorehkan luka, cinta yang perih tak terperi yang meninggalkannya sorang diri di Negri Kincir Angin. Cinta yang membuahkan benih manusia di dalam rahimnya. Hingga akhirnya dia pun benar-benar tidak tahu arah setelah Nuwa meninggalkannya sebatang kara dengan janinnya. Tuhan tidak pernah melepas Soli begitu saja, Sang Maha Agung yang tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Titik terang dalam hidupnya kembali datang. Jan van Hartland, pria bule bertubuh sangat subur, berperawakan tinggi kini telah mengisi lembar hidupnya dengan penuh kebahagiaan. Kini, Soli telah melahirkan Nuwa, buah hatinya dengan cinta pertamanya yang telah membutakannya yang juga bernama Nuwa. Hidup terus berjalan penuh kebahagiaan hingga Soli pun melahirkan buah hati lainnya yaitu Beatrice dan Martin.
Kini, Soli bukan lagi gadis desa lugu yang bodoh dan miskin. Soli van Hartland kini telah menjadi menjelma menjadi wanita cerdas dan bergelimang harta karena kesuksesan bisnisnya di Negeri Kincir Angin. Namun, kesedihan kembali menimpanya kala dia mendengar kabar bahwa putranya meninggal karena tenggelam di laut bersama kapal pesiar pribadinya. Hatinya hancur menerima kenyataan itu. Soli mempunyai cucu bernama Max, yang tak lain adalah anak kandung Nuwa van Hartland dan istrinya, Jennifer Hamilton, artis Hollywood. Kini, Max dirawat oleh Soli. Dia begitu mencintai cucunya. Namun, Soli kembali harus kehilangan orang yang dicintainya, Jan Van Hartland, suaminya tercinta. Kini, dia membiarkan skenario Tuhan berjalan apa adanya. Seiring berjalannya waktu, usia Soli semakin tua. Kesehatannya pun semakinmenurun. Soli kini tengah tak berdaya terbaring di rumah sakit. Max, cucunya telah beranajk dewasa dan memilih jalan hidup yang benar, kini dia menjadi muslim sejati dan mengganti namanya menjadi Faiz. Bagaimana pun panjang nya perjalanan hidup Soli, kini ia kembali teringat pada Nuwa, cinta pertamanya. Ia masih menyimpan dendam yang tak kunjung padam. Faiz pun mulai tahu akan kisah cinta pertama sang nenek yang getir. Dia pun berusaha mencari sosok Nuwa, cinta pertama neneknya. Maka dia terbang ke Indonesia, tepatnya di Papua.
Pencariannya pun tak sia-sia, hingga dia menemukan cinta pertama sang nenek. Soli pun semakin sehat. Kini dia telah belajar ilmu agama dari perawatnya, Laila. Perjalanan hidup memang tak bisa ditebak, Soli tak pernah menyangka bahwa dia akan kembali ke Indonesia dan dipertemukan dengan Nuwa. Kini Soli sudah memaafkannya. Faiz merasa bahagia karena bisa mempertemukan dua insan yang saling mencintai walupun penuh dengan tragedi.
Unsur Intrinstik Novel
1. Tema
a. Seorang wanita yang kuat dan tegar dalam menghadapi kegetiran hidup
b. Wanita yang lugu dan baik hati namun terlalu mudah percaya terhadap perkataan orang lain yang justru membuatnya lara.
c. Perjuangan hidup penuh tragedi seorang gadis yang ditinggal ibu kandung sejak bayi dan kemudian harus hidup sebatang kara setelah neneknya, satu-satunya keluarganya meninggal dunia dan akhirnya ibunya tega menjualnya.
2. Tokoh
a. Tokoh Utama : Soli
b. Tokoh Kedua : Titin
c. Tokoh Ketiga : Nuwa
d. Tokoh Keempat: Jan Van Hartland
e. Tokoh Kelima: Faiz
f. Tokoh Pembantu :Mak Dijah, Tunem, Baba Liong, Beatrice, Martin
3. Penokohan :
a. Soli: Sosok perempuan yang kuat dan tegar, keinginannya untuk mandiri sejak muda, dan sangat menyayangi nenek dan ibunya.
b. Titin: Ibu kandung Soli yang cinta harta hingga tega menjual anaknya.
c. Nuwa: Sosok laki-laki yang cerdas dan mampu memikat hati Soli namun dia tega meninggalkan Soli seorang diri dalam keadaan mengandung anaknya
d. Jan van Hartland: Laki-laki bule yang berperawakan tinggi, baik hati, penyayang, dan mencintai Soli apa adanya.
e. Penokohan lainnya.
4. Alur
Alur maju mundur, dimana novel menceritakan keadaan Soli yang sedang tak berdaya berbaring di rumah sakit. Kemudian alur kembali mundur menceritakan kisah hidup Soli sejak bayi hingga remaja yang penuh tragedi hingga ia hamil namun ditinggal oleh Nuwa dan kemudian dia berjumpa dengan Jan van Hartland di Negeri Kincir Angin dan menikah dengan Jan van Hartland dan kemudian mempunyai dua anak, Beatrice dan Martin. Alur maju ditutup dengan bertemunya Soli dan Nuwa.
5. SudutPandang
Sudut pandang orang ketiga
6. Amanat :
a. Tidak ada anak yang dilahirkan dengan keadaan haram. Perbuatan orang tuanya lah yang haram.
b. Sepahit apapun hidup, tidak boleh menyerah. Hidup terus berlanjut. Berusahalah menjalani hidup dengan baik.
c. Memaafkan orang yang telah berbuat jahat memang susah, akan tetapi kita harus mampu melakukannya agar hidup tenang.
d. Jangan mudah terpercaya oleh perkataan orang, terkadang berujung sengsara.
e. Sebagai wanita, kita harus menjadi wanita yang cerdas, kuat, mandiri, dan tangguh dalam menjalani warna warni kehidupan yang tak terduga.
Keunggulan dan kelemahan novel
1. Keunggulan Novel
- Novel ini mengajarkan kita akan apa arti tegar, kuat, mandiri dan tangguh bagi wanita
- Sebuah bacaan menarik yang sangat inspiratif
- Bahasanya mudah dipahami
- Pewatakan tokoh mudah dipahami dan digambarkan secara jelas
- Alur cerita mudah dipahami meski alur maju mundur, dan alur tersebutlah yang membuat kita menjadi semakin penasaran.
- Sarat akan nilai religi
2. Kelemahan Novel
- Terlalu banyak nama tokoh
- Ada beberapa sesi cerita yang cukup panjang dan sedikit membosankan karena intinya sama saja.
Kesimpulan
Novel ini pantas dibaca untuk siapa saja, terutama untuk wanita. Novel ini mampu menginspirasi para wanita dalam menjalani hidup yang penuh tantangan agar selalu kuat, tangguh, dan mandiri. Novel ini juga mengandung nilai religi. Bahwa sejatinya hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat. Banyak pesan dan kesan yang dapat diambil sebagai pelajaran hidup dari novel ini. Sebuah novel yang mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang sederhana namun mampu membangkitkan emosi pembaca.
Sumber: Erlangga