Judul: Pengakuan
Penulis: Anton Chekhov
Penerjemah: Koesalah Soebagyo Toer
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun terbit: cetakan ketiga, Maret 2018
Tebal: 140
“Jangan percaya kepada Yudas-Yudas, bunglon-bunglon! Di zaman kita ini orang lebih mudah kehilangan kepercayaan daripada sarung tangan tua.”
Buku ini berisi cerita pendek Anton Chekhov yang kesemua isinya menggambarkan kondisi masyarakat Rusia menjelang abad 20. Namun, alih-alih merasa bahwa semua kisah hanya ada di masyarakat Rusia abad 20, inilah sindiran paling tajam tentang manusia yang ada di sepanjang zaman. Bagaimana tidak, praktik korupsi, penjilatan, kemunafikan, kecenderungan untuk memanipulasi orang lain adalah kenyataan hidup yang kita temui sampai saat ini.
Chekhov menuliskan dengan gamblang, jujur, apa adanya seolah ingin merobek-robek kebanggaan yang ada pada diri manusia. Bayangkan, apa rasanya membaca kisah Ivan Kapitonich, pegawai kecil di sebuah kantor pemerintah yang memiliki penampilan mengibakan. Suatu ketika Ivan tertangkap basah berkoar-koar tentang politik oleh pimpinannya.
“Mendengar tawa saya, sekilas ia menolah kepada saya, dan gemetarlah suaranya. Ia mengenali tawa saya dan tentu juga mantel bulu saya. Sekejab itu juga penggungnya melengkung, wajahnya mengasam, suaranya padam, kedua tangannya turun ke tepi bajunya, dan lututnya membengkok. Berubah dalam sekejab mata!” (halaman 4)
Bahkan di bab awal saja, Chekhov sudah mampu membuat kita salah tingkah dengan pembuka ceritanya. Mungkin dalam hati pun kita menyerapahi, sial.
Perilaku memanipulasi orang lain dan praktik penjilatan disindir Chekhov dalam cerita Pengakuan. Pegawai kecil yang diangkat menjadi kasir dan seketika dunia sekelilingnya berubah. Dari yang tadinya begitu muram menjadi berwarna karena semua orang mendadak begitu baik hati. Chekhov menggambarkan bagaimana seorang manusia mampu menjadi penjilat sekaligus memanipulasi kelemahan manusia lainnya untuk keberuntungan dirinya sendiri.
Jahat? Iya, tapi nyatanya godaan untuk menyengsarakan orang lain demi keuntungan diri sendiri seringkali lebih besar.
Orang lebih senang hidup dalam bayang-bayang atau imajinasi yang dibentuknya sendiri. Bahayanya itu bisa memabukkan dan membuat si pelaku lupa pada tujuan hidupnya yang berakhir pada kehancuran hidupnya sendiri. Tentang ini bisa dibaca pada cermin Perrot. “Sekarang kami berdua, saya dan istri, duduk di depan cermin itu, dan semenit pun tak pernah kami berhenti memandang ke dalamnya; hidung saya berpindah ke pipi kiri, dagu berlipat dua dan bergeser ke samping, tetapi sebaliknya muka istri saya menjadi mepesona. Maka nafsu gila, nafsu liar, pun menguasai diri saya.” (halaman 46)
Masih banyak kisah menarik lainnya di kumpulan cerita pendek Anton Chekhov ini. Tak perlu merasa tersindir, sakit hati atau bahkan membela diri sekalipun. Kisah-kisah dalam buku ini memang ditulis dengan gaya satire yang memikat, jadi kita tak akan merasa tersinggung. Sebaliknya, ambillah hikmah dari pesan yang ingin disampaikan oleh si penulis, yaitu: Hal yang penting adalah bahwa masyarakat perlu menyadari bahwa mereka…tidak boleh tidak harus menciptakan kehidupan yang lebih baik dan berbeda... Sepanjang kehidupan itu belum terwujud, saya tidak akan jemu-jemu berkata kepada masyarakat: “Please, mengertilah bahwa kehidupan kalian busuk dan muram!.” demikian komentar Chekhov, Raja Cerpen Rusia (dikutip dari sampul belakang buku).
Oya, buku ini enak dibaca. Barangkali tak lepas dari penerjemahnya yaitu Bapak Koesalah Soebagyo Toer, kakak Pramoedya Ananta Toer.
Tentang Penerjamah
Koesalah Soebagyo Toer, lahir di Blora, Jawa Tengah, 27 Januari 1935. Setamat SMP di Blora dia meneruskan pendidikan di Taman Dewasa dan Taman Madya, Kemayoran, Jakarta, dan Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Sastra Universitas Indonesia (tidak tamat). Pada 1960-1965 dia belajar di Fakultas sejarah dan Filologi Universitas Persahabatan Bangsa-Bangsa, Moskwa.
Pada 1965-1967 dia menjadi dosen bahasa Rusian di Akademi Bahasa Asing Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK). Pada 1968-1978 menjadi tahanan politik Pemerintah Orde Baru.
Sekarang dia berprofesi sebagai penerjemah bahasa Inggris, Belanda, Rusia, dan Jawa.