Judul: Sapiens, Riwayat Singkat Umat Manusia
Penulis: Yuval Noah Harari
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun terbit: Cetakan pertama, September 2017
Tebal: 521
Dahulu kala, bumi adalah rumah bagi beberapa spesies manusia sekaligus. Setidaknya ada enam spesies manusia berbeda, seperti yang kita ketahui dalam buku-buku sejarah masa sekolah, seperti homo neandhertal, homo erectus, homo soloensisi, dan lain sebagainya. Homo sapiens (kita) satu kerabat dengan mereka (homo neandhethal, ercetus, dll). Namun bukan berarti semua spesies ini tersusun dalam garis keturunan yang lurus. Kalau kata Harari, tidak ada satu tipe manusia yang menghuni bumi dalam suatu saat. Dan semua spesies terdahulu bukanlah model diri kita versi yang lama.
Namun, mengapa pada akhirnya hanya kita sendiri yang masih ada? Kemana saudara spesies kita lainnya? Mengapa mereka punah? Apa yang membuat manusia mampu bertahan? Menurut Harari, manusia lebih unggul dibandingkan spesies lainnya karena kita tidak hanya mampu mengenali objek secara riil (nyata) namun juga mampu menciptakan dan mempercayai khayalan (mitos) yang diyakini secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kita juga bisa bekerjasama dalam kelompok besar.
Dalam sebuah video ceramahnya, Harari mengatakan bahwa semua spesies hewan di dunia berkomunikasi untuk menggambarkan suatu kondisi yang nyata. Misalnya, seekor monyet yang melihat pisang mengatakan, lihat ada pisang. Ayo kita ke sana. Manusia berbeda, mereka berkomunikasi tidak hanya untuk melukiskan suatu kondisi riil namun juga menciptakan mitos. Uang adalah contoh yang paling sederhana. Ketika seorang manusia mengatakan bahwa uang mempunyai nilai. Dan kemudian semua orang mengikuti dan memercayai nya maka kita semua dapat bekerjasama. Hanya manusia yang dapat melakukan ini. Manusia juga menciptakan mitos-mitos mengenai kepercayaan kepada dewa-dewa, hak asasi, kemerdekaan, kapitalisme, dan lain-lain. Mitos-mitos inilah yang mampu menyatukan beragam sapiens yang tidak saling kenal ke dalam ikatan perasaan kebersamaan sehingga mereka mampu bekerjasama.
Untuk sampai berada seperti saat ini, manusia mengalami pertarungan brutal tidak hanya dengan sepupu-sepupunya yang tak beradab namun juga iklim dan cuaca. Pada masa depan yang tidak lama lagi datang, mungkinkan manusia harus kembali berurusan dengan manusia-manusia non sapiens? Akankah kita kembali mampu bertahan atau kita yang punah?
Revolusi pertanian merupakan lompatan jauh ke depan bagi umat manusia. Pada masa ini kekuasaan dipegang oleh mereka yang memiliki tanah. Sesudahnya disusul oleh revolusi industri, dimana orang yang memiliki peralatan dan mesin-mesin memiliki kekuatan untuk menguasai ekonomi. Kini kita berada pada revolusi digital, ketika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin marak. Pengembangan kecerdasan buatan (AI) membuka jalan bagi peningkatan taraf hidup kesehatan manusia. Namun manusia juga tidak bisa menafikan bahwa robot-robot kecerdasan buatan mereka dapat mencoba menjadi manusia dan mungkin melebihi kemampuan manusia itu sendiri. Jika ini terjadi, apakah yang telah kita siapkan?
Belajar dari sejarah, manusia adalah makhluk yang tak pernah puas. Harari mengingatkan kita bahwa orang tidak cukup hanya dengan pintar. Namun yang utama adalah mereka harus menemukan dirinya kembali (mendefinisikan ulang tujuan-tujuan hidupnya). Orang yang pintar namun tidak mengenal dirinya sendiri dapat membahayakan.
Ini buku yang bagus banget. Tidak hanya berkisah tentang masa lalu namun juga memberi gambaran masa depan seperti apa yang kita (mungkin) hadapi. Membaca buku ini memberi renungan mendalam kepada diri bagaimana melihat asal usul dan keberadaan kita di planet bumi dan apa tujuan kita di dunia. Buku Sapiens merupakan trilogi dari Sapiens, Homo Deus, dan 21 Lessons yang ditulis oleh Yuval Noah Harari.