Dwilogi Padang Bulan

Judul: Dwilogi Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tanggal terbit: Juni – 2010

Di novel pertama, Padang Bulan, Andrea lebih banyak bercerita tentang Enong, si guru kesedihan serta bagaimana cinta membuat Ikal -tokoh cerita kita ini- bisa melakukan hal-hal yang tidak masuk akal.

Enong adalah gadis kecil dengan semangat belajar yang tinggi. Namun sayang, sebuah peristiwa di suatu siang membuat Enong menanggalkan mimpinya untuk terus sekolah. Ayah yang dicintai dan merupakan tulang punggung keluarga meninggal tertimbun tanah ketika sedang menambang timah. Sejak saat itu Enong beralih tugas menggantikan peran sang Ayah. Ia harus membantu Ibu dan adik-adiknya untuk menyambung hidup. Enong keluar dari sekolah dan mulai mencari pekerjaan. Namun, tentu saja tidak mudah bagi anak seusia Enong untuk mendapatkan pekerjaan. Setelah beberapa kali tak berhasil mendapatkan pekerjaan, Enong mencoba menjadi penambang timah. Kelak, ia menjadi perempuan penambang timah pertama di desanya.

Ketika Enong merasa lelah bekerja, ia akan membuka Kamus Bahasa Inggris Satu Miliar Kata yang dibelikan ayahnya dahulu. Kamus itu selalu menemani Enong. Ia sering menandai kata yang sangat asing baginya, seperti: sacrifice, honesty, dan freedom. Enong sangat terpukau dengan kata-kata itu, terdengar hebat.

Andrea, si penulis, melukiskan ketiga kata itu dengan kalimat yang menarik.

“Arti yang mewakili jeritan hatinya. Ia siap berkorban untuk keluarganya, ia ingin menjadi orang yang jujur, dan ia ingin memerdekakan dirinya dari kesedihan.”

Kisah Enong adalah bagian yang mengharu biru sekaligus memancarkan semangat dan kekuatan yang luar biasa.

Dan, kegilaan cinta macam apa yang dilakukan si Ikal untuk merebut kembali A Ling?

Kekonyolan Ikal dalam upayanya merebut kembali A Ling adalah bagian yang akan membuat kita menertawakan diri sendiri. Sebab apa? Ya, kawan, cinta itu memang absurd, bukan? Sanggup membuat pelakunya melakukan ketidakwarasan dalam berpikir dan bertindak.

Ikal, yang mendapat kabar dari detektif M.Nur bahwa A Ling dijodohkan oleh keluarganya dengan Zinar, lelaki yang tampan dan pandai dalam bidang olahraga serta mempunyai rasa seni yang tinggi. Kecemburuan Ikal yang disertai oleh rasa tak ingin mengalah membuat ia melakukan hal-hal yang seringkali mempermalukan dirinya sendiri.

Kegilaan oleh sebab cinta itu pada akhirnya mereda. Itulah saat Ikal menyadari bahwa cinta Zinar dan A Ling tak dapat ia lawan. Namun di kemudian hari diketahui bahwa kabar tentang perjodohan A Ling dan Zinar itu adalah tidak benar. Ternyata, Zinar adalah sahabat pamannya. Dan jika selama ini A Ling tidak bisa menemani Ikal oleh karena ia sibuk membantu Zinar membuka toko dan mempersiapkan perkawinan sahabat pamannya itu.

Cerita Padang Bulan ditutup dengan kegembiraan, tidak saja karena Ikal mendapatkan A ling nya kembali tapi juga karena Ikal menyadari pertikaian antara ia dan ayahnya telah berakhir dengan damai.

Bagian yang saya suka dari buku pertama Dwilogi Padang Bulan ini adalah kisah Enong dengan ketiga kata ajaibnya. Dan, kutipan kalimat berikut ini:

“Sering aku disiksa oleh pertanyaan: mengapa A Ling bisa begitu? Apa salahku sehingga ia begitu? Apa yang ada di dalam kepala seorang perempuan? ……. Sungguh aku tak mengerti. Namun, perlukah aku mengerti? Kurasa tidak. Yang kuperlukan hanyalah menghormati keputusannya, dan karena Tuhan telah menciptakan manusia dengan hati dan pikiran yang boleh punya jalan masing-masing, penghormatan seharusnya tidak memerlukan pengertian“. Hal 237, Rukun Islam

Untuk semua pertanyaan yang menari di kepala, memang tidak ada yang perlu dimengerti. Yang bisa kita lakukan hanyalah menghormati setiap keputusan yang diambil oleh orang lain, walaupun itu mungkin sangat menyakitkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.