Judul: Jodoh
Penulis: A.A. navis
Penerbit: Grasindo
Kumpulan cerpen karya A.A. Navis ini berisi 10 cerita pendek, yaitu: Jodoh (yang menjadi judul kumpulan cerpen), Cerita 3 Malam, Kisah Seorang Hero, Cina Buta, Perebutan, Kawin, Kisah seorang Pengantin, Maria, Nora, dan Ibu.
Dalam jodoh, dikisahkan seorang laki-laki bernama Badri. Oleh karena idealismenya yang berlebihan dalam lapangan sosial dan kebudayaan membuat ia belum berani untuk menikah, walaupun usianya sudah beranjak 30 tahun. Ada 3 halangan yang membuat Badri tidak mudah untuk mencari seorang istri. Pertama: Badri menginginkan gadis yang tinggi semampai untuk memperbaiki keturunannya, di mana hal itu tidak mudah ditemui dalam masyarakat yang berbakat pendek. Kedua: Badri berdarah campuran yang dianggap kurang bermutu oleh masyarakat Minangkabau yang lebih suka perkawinan di antara suku mereka. Ketiga: kalkulasi biaya hidup setelah menikah.
Diliputi oleh berbagai pertimbangan membuat Badri sangat berhati-hati menentukan calon istrinya. Badri kemudian menghubungi rubrik kontak jodoh. Dari sana ia terpikat oleh seorang wanita dan mereka berjanji untuk bertemu. Alangkah kagetnya Badri ketika mengetahui wanita itu adalah Lena, gadis manis yang pernah dikencaninya. Singkat cerita mereka menikah dan Badri tinggal di rumah mertuanya. Ketika anak keduanya lahir, Badri menganjurkan istrinya untuk berhenti menjadi guru. Ternyata, kekhawatirannya dahulu tidak beralasan. Navis menyatakannya seperti ini:
“Pola hidup matrilini yang tidak disukai Badri ketika masa perjakanya, ternyata demikian indah dalam kenyataannya. …..Karena seni hidup ternyata bukanlah perhitungan yang eksak, melainkan dengan upaya penyesuaian diri pada iklim yang membentuk masyarakat. Dan idealisme masa perjaka ternyata suatu utopia semata, yaitu idealisme yang membius orang-orang yang tidak punya beban hidup keluarga. Idealisme seorang laki-laki yang telah menjadi suami dan menjadi seorang ayah, ialah idealisme yang abadi, yakni bagaimana caranya membahagiakan istri dan anak-anak.”
**
Cerpen-cerpen dalam kumpulan cerpen Jodoh ini banyak berkisah tentang perjodohan, kecuali cerpen “Ibu”. Navis juga menyoroti kawin paksa yang masih banyak terjadi di masyarakat, tidak saja pada wanita tapi juga pada pria. Seperti tampak pada cerpen “Kisah Seorang Pengantin” dan “Kawin”, di mana laki-laki menjadi korban kawin paksa yang dikuasai oleh Ibu. Mencukil kata pengantar dari buku tersebut:
“Idealisme manusia modern yang betapapun kentalnya, masih lumat oleh tuntunan sosial budaya tradisional yang dikuasai Ibu. Demikian juga halnya dengan tema cerpen “Jodoh” yang mengisahkan seorang idealis yang berpikir rasional pun lumat oleh kondisi tradisional.”
Waaa.. Hebat baca klasik Indonesia juga!! Hehe.. Salam kenal!! 🙂
Hai, salam kenal juga. Terima kasih sudah mampir. Hehe..:)