Akhirnya Kulihat Ramallah

Judul: I Saw Ramallah

Penulis: Maourid Barghouti

Penerbit: Pustaka Alvabet

Mourid Barghoutti adalah seorang penyair asal Palestina yang mengalami peristiwa Nakba pada tahun 1948. Sejak saat itu ia kehilangan tanah airnya atau yang disebut wilayah pendudukan. Barghoutti menjadi orang terbuang dari tanah airnya. Ia menempuh pendidikan tingginya di universitas Kairo. Penulis menceritakan berbagai peristiwa yang ia alami atau tepatnya yang dialami oleh orang-orang yang tinggal di wilayah pendudukan. Cerita dituliskan dalam alur maju mundur untuk mengingat kenangan masa lalu.

Akibat dari penjajahan Israel, orang-orang Palestina yang terusir tidak dapat kembali ke tanah airnya. Mereka yang tinggal di luar negeri pun tidak sepenuhnya ‘merdeka’. Diasingkan dan dibayangi oleh teror kematian senantiasa mengiringi langkah mereka setiap waktu. Penjajahan Israel juga menyebabkan penulis tercerai berai dari anggota keluarganya. Ibu dan adiknya yang paling muda, Alaa tinggal di Ramallah. Ayahnya tinggal di Amman. Adiknya, Majid kuliah di universitas Yordania, dan kakaknya Mounif bekerja di Qatar.

Pada saat kunjungannya kembali ke Palestina setelah pengasingannya, penulis melihat banyaknya pemukiman ilegal yang dibangun di tanah Palestina oleh orang Israel. Pendudukan Israel telah mengubah wajah kota tanah kelahirannya. Begitu banyak pembatasan yang dilakukan oleh pihak Israel terhadap warga Palestina. Komedi kematian, pemakaman adalah rangkaian perjuangan panjang yang berlangsung puluhan tahun dalam hidup warga Palestina yang meninggalkan bayang-bayang keberanian dan ketabahan.

Pemimpin Israel saat itu, Yitzak Rabin sangat paham bagaimana merekayasa bahwa dunia mesti menghormati darah orang Israel. Dia tahu bagaimana menunjukkan bahwa dunia mesti menghormati air mata orang Israel dan mampu memposisikan Israel sebagai korban dari tindak kriminal yang dilakukan oleh warga Palestina. Dia mengubah narasi kejadian dan mengetengahkan bahwa orang Palestina adalah pencetus kekerasan di Timur Tengah. Israel sudah sejak lama memainkan kebohongan, mengaburkan kebenaran dengan muslihat bahasa sederhana. Taktik penghancuran rumah-rumah warga Palestina menggunakan buldozer, senapan dan pengeboman dengan pesawat jet tempur di saat jam tenggelam matahari dan penculikan adalah strategi yang sampai saat ini masih dijalankan oleh pihak Israel sebagai pemakluman dari pertahanan diri. Pertahanan diri yang bahkan Israel tak membutuhkannya karena mereka dilengkapi dengan teknologi dan alat perang yang canggih. Pertahanan diri menjadi kalimat senjata dari rencana sesungguhnya Israel yaitu merampok tanah orang lain dengan dukungan para sekutunya untuk mempertahankan kekuasaan dan ketamakan mereka.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.