Judul: Moskow-Petersburg-Vladivostok (MPV)
Penulis: M. Aji Surya
Penerbit: Jaring Pena
Tebal: 299
Buku setebal 299 halaman ini berkisah tentang pengalaman penulis selama bertugas di negara Beruang Putih (dahulunya dikenal dengan negara Beruang Merah). Rusia, negara pecahan Uni Soviet ini mengalami banyak perubahan unik selepas dari kekuasaan komunis. Melalui kacamata penulis kita akan disuguhi Rusia dengan wajah baru, Rusia yang terbuka, dinamis, ceria, dan manusiawi. Di dalam buku, penulis, yang juga seorang diplomat dan mantan wartawan ini menuliskan berbagai kisah yang ia amati, alami, lihat, dan dengar selama masa kedinasannya.
Setiap kisah di buku ini mengandung pesan yang berharga. Salah satu diantaranya, Mengaca Kejujuran Pada Spion Angkot.
“Uh… sebutir kejujuran. Seperti barang yang sangat mahal dan mewah. Dimanapun. Kapanpun.”
Di Rusia ada angkot untuk jarak pendek, biasanya ke dan dari stasiun metro. Di angkot hanya ada sopir. Para penumpang saling bekerjasama untuk memudahkan kerja sopir. Penumpang yang masuk pertama akan langsung duduk persis di belakang sopir. Ia menerima uang dari penumpang sebelumnya untuk kemudian diserahkan kepada Pak sopir sambil mengucapkan jumlah orangnya. Begitu seterusnya. Sopir tidak menghitung kembali uang yang ia terima. Semua dijalankan dengan prinsip kerjasama (kebersamaan) dan kejujuran.
“Dua konsep kehidupan manusia yang selalu diajarkan oleh leluhur kita, oleh agama apapun dan dalam budaya manapun. Sesuatu yang universal dan dapat dipastikan manfaatnya. Tanpa kebersamaan, apalah artinya sebuah keluarga. Apalah jua artinya sebuah bangsa. Tanpa kejujuran, yang ada pasti saling tipu dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Akhirnya hancurlah peradaban manusia akibat exploitation de l’homme par l’homme atau istilah kita teman makan teman.” (halaman 52)
Ada yang menarik di kisah yang masih sama ini. M. Aji menceritakan ketika suatu hari ia memarahi anak tetangganya kelas 4 SD yang disebut-sebut sebagai anak cerdas dan pandai. Begini kejadiannya, ia menegur anak itu karena menyeberang jalan raya tidak di zebra cross. Tak tahunya anak itu malah melotot sambil mengucap, “Om, aturan itu untuk dilanggar. Kalau gak ada yang melanggar, nanti polisi kerjanya apa donk!”.
“Apa jadinya bila konsep-konsep tentang etika mulia atau akhlakul karimah tidak dipahami dan dipraktikkan sejak dini. Itu kan sama saja bilang,”Buang aja sampah di sembarang tempat, sebab kalau tidak begitu nanti tukang sapu nganggur.” Suatu cara pikir yang ngawur dan menghambat kemajuan kehidupan.”
Ada juga cerita mengenai kerukunan antar umat beragama, dimana antara umat ortodoks dan Islam saling menjaga diri dan berhubungan dengan baik dan akrab. Bahkan para pemimpin pemerintah yang beragama ortodoks juga mengucapkan selamat Idul Fitri kepada umat islam manakala mereka merayakannya. Pemerintah pun turut membantu pendirian mesjid baru baik secara moril dan material. Pemerintah juga menegaskan bahwa mereka yang beragama islam adalah bagian dari sebuah bangsa besar dan negara yang bernama Rusia.
“Membangun kebersamaan dan keharmonisan jauh lebih bermakna bagi kehidupan bernegara dibanding memantik persoalan primordialisme yang mendorong perpecahan”, begitu kata sang penulis.
Ada banyak sekali kisah menarik yang bisa kita petik dari kumpulan tulisan di buku ini. Kita bisa belajar banyak kearifan yang dimiliki oleh bangsa yang pantang menyerah ini, seperti dilukiskan oleh Alexei Tolstoy yang ada di halaman pembuka buku.
“Yes, that’s the Russian character!
A man may seem ordinary enough,
but when trouble comes,
he is endowed with might strength
the beauty of the human heart.”
“Ya, inilah kepribadian orang Rusia!
Seorang yang kelihatan biasa-biasa saja,
tetapi manakala kesulitan menyapa,
ia tiba-tiba memiliki kekuatan dahsyat
sebuah keindahan hati seorang anak manusia.”