Judul: The Cat Mummy
Penulis: Jacqueline Wilson
Alih bahasa: Diniarty Pandia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 149
Lihat buku ini di sebuah toko buku kecil di Kota Kasablanka. Melihat nama penulisnya saya langsung teringat teman-teman BBI yang sering merekomendasikan karya Beliau.
Buku Mumi Kucing bercerita tentang gadis kecil bernama Verity. Verity tinggal bersama nenek, kakek dan Ayahnya. Ibu Verity meninggal ketika melahirkan Verity. Bersama mereka juga tinggal seekor kucing yang diberi nama Mabel. Mabel adalah kucing milik Ibu Verity. Verity sangat menyayangi Mabel. Mabel adalah kawan satu-satunya bagi Verity untuk bercerita mengenai Ibu, karena Mabel tidak akan menangis. Setiap kali Verity bertanya mengenai Ibu, maka semua orang di rumah akan bersedih, nenek bahkan masih sering menitikkan air mata setiap kali mengingat Ibu.
Suatu hari, sepulang dari sekolah, Verity menginjak muntahan Mabel. Verity marah-marah. Nenek mengingatkan Verity untuk tidak marah-marah kepada Mabel karena tampaknya ia sakit. Verity menyesal. Ia memutuskan mencari Mabel untuk memeluknya erat-erat. Namun Mabel menghilang. Hari itu dan keesokan harinya Mabel tak tampak. Verity, nenek, kakek dan Ayah sudah mencari Mabel kemana-mana, namun Mabel tak kunjung muncul.
Verity merasa tak tenang. Di sekolah ia pun tidak memperhatikan Ibu Guru yang sedang menjelaskan tentang Orang Mesir Kuno. Perhatian Verity tergugah ketika Ibu Guru menyinggung mengenai orang-orang Mesir Kuno yang sangat menyukai kucing. Orang-orang Mesir Kuno menganggap kucing adalah hewan peliharaan yang istimewa. Mereka takut melukai kucing. Mereka akan merawat kucing dengan sangat baik. Mereka juga memiliki dewi kucing bernama Bastet dan membangun pemakaman yang besar untuknya. Kalau ada kucing yang mati maka pemiliknya akan mencukur alis sebagai tanda berduka, dan untuk kucing-kucing yang sangat istimewa, mereka dijadikan mumi.
Apakah Mabel akhirnya ditemukan? Bagaimana kelanjutan kisahnya? Silakan baca sendiri ya 🙂
Tutur bahasa yang rapi, cerita yang menarik dan pesan yang tidak menggurui, semuanya mengingatkan saya kepada bacaan masa kanak-kanak yang dipenuhi Enid Blyton dan Astrid Lingdren.
Buku yang layak dibaca tidak hanya untuk anak-anak, orang dewasa pun bisa mengambil kearifan pesan di dalamnya.