Judul: Kudeta Mekkah (Sejarah yang Tak Terkuak)
Penulis: Yaroslav Trofimov
Penerbit: Alvabet
Tahun terbit: 2017
Tebal: 336
20 November 1979, awal bulan Muharram 1400 H, saat musim haji telah berakhir namun Mekkah masih disesaki oleh banyaknya kaum muslimin yang tinggal untuk berdoa memohonkan ampunan atas segala dosa yang hanya dapat dicapai di tempat suci, Mekkah. Pada hari itu pula, umat muslim merayakan tahun baru islam. Sesuai tradisi, orang-orang Mekkah melakukan ziarah dari kampung mereka masing-masing ke Masjid al-Haram.
Sekitar 100.000 jamaah datang dari pelbagai penjuru dunia berbaur dengan penduduk lokal. Diantara lautan manusia itulah terdapat ratusan pemberontak yang dipimpin oleh Juhaiman al-Utaibi. Sekelompok orang itu adalah orang Arab Badui yang akan mengambil alih secara paksa tempat tersuci umat islam, Masjid al-Haram. Juhaiman, seorang pria dari kaum Muhajir-Sajir dan mantan kopral pasukan Garda Nasional Arab Saudi, menganggap kekuasaan Arab Saudi saat itu tidak sah dan melenceng dari nilai-nilai islam.
Di waktu luangnya, Juhaiman menghadiri banyak diskusi dan kuliah keagamaan. Juhaiman adalah salah satu murid terbaik dari Ibn Baz, seorang ulama yang beraliran wahhabi dan pendiri gerakan Dakwah Salafiyah al-Muhtasiba yang tersohor sampai ke seluruh penjuru Arab Saudi. Melalui serangkaian tulisannya, Juhaiman merangkum ide-idenya mengenai terbentuknya masyarakat islam yang ideal. Ia dengan tegas menulis bahwa pemerintahan raja Arab Saudi saat itu haram. Selain itu ia juga menyinggung bahwa akan muncul Imam Mahdi, sang juru selamat yang akan menyelamatkan kaum muslim. Buku kecil biru dan hijau setebal 170 halaman karya Juhaiman segera menyebar di kampus-kampus di Mekkah, Madinah, Iran, Irak, dan Mesir dengan cara diselundupkan. Sejak itu dukungan dan simpat mengalir. Pemikiran-pemikiran Juhaiman tumbuh subur terutama di kalangan muda. Banyak kaum muda kemudian bergabung dengan gerakan yang dibentuk Juhaiman.
Tumbuh dalam tradisi Wahhabi, Juhaiman dididik untuk mencari semua jawaban mengenai kejayaan Islam masa lalu. Oleh karena itu Juhaiman merenungkan langkah-langkah selanjutnya dari gerakannya. Ia kemudian menemukan jawabannya dari sekumpulan jilid besar kitab hadits yang sudah berdebu, yang menerangkan konsep yang kokoh bagi teologi Islam yang terlihat begitu benar dalam masa yang kacau seperti saat itu, Mahdi. Ide tentang Mahdi sendiri tidak disebut dalam Al-Quran, Tetapi Nabi Muhammad, menurut beberapa perawi, meramalkan bahwa Allah akan mengirimkan seorang juru selamat untuk memerintah dunia Islam dan mendirikan masyarakat Ideal, setelah terjadinya peperangan dengan kekuatan jahat.
Juhaiman dan para pengikutnya mulai menyiapkan langkah selanjutnya, yaitu melindungi Imam mahdi dan akan membaiatnya di tanah suci: dekat Ka’bah di Mekkah. Muhammad bin Abd Allah Al-Qahtani, adalah sosok yang diyakini oleh Juhaiman sebagai Imam Mahdi. Maka, disusunlah rencana pemberontakan yang menjadi babak suram bagi pemerintahan kerajaan Arab Saudi saat itu.
Peristiwa berdarah itu dimulai tepat setelah Imam Masjid al-Haram menutup doa dan menyambut pergantian tahun. Masjidil Haram dikuasai dalam waktu yang singkat oleh pengikut Juhaiman. Diiringi tembakan Juhaiman mengatakan bahwa Imam Mahdi telah datang dan sekarang menduduki Al-Haram sambil menunjuk saudara iparnya tersebut. Para pengikutnya kemudian menyebarkan buku Tujuh Risalah, kumpulan tulisan Juhaiman ke kerumunan jamaah yang disandera.
Perebutan itu berlangsung selama 2 minggu. Juhaiman berhasil ditangkap dan Muhammad Abdullah al-Qahtani tewas tertembak. Juhaiman dihukum pancung di Mekkah. Pemberontak lainnya dihukum pancung yang tersebar di delapan kota. Akibat kudeta ini, beberapa bagian Masjid al-Haram rusak parah meski tak merusaki Ka’bah secuil pun.
Ulasan:
Sejujurnya, saya baru tahu bahwa pernah terjadi kudeta di Mekkah. Barangkali juga, banyak kaum muslim lainnya yang seperti saya. Mereka mungkin pernah mendengar tetapi tak paham apa yang sesungguhnya sedang terjadi saat itu. Dikutip dari sinosis buku, “Para pengamat politik dan sejarawan menganggap kejadian itu sebagai insiden lokal semata, dan karena itu tak bersangkut-paut dengan peristiwa internasional yang belakangan merebak: terorisme. Tetapi penulis buku ini, Yaroslav Trofimov, berpendapat sebaliknya. Menurutnya, peristiwa itu merupakan akar sejarah gerakan terorisme global, terutama yang dimotori Al-Qaeda.”
Pemerintah Arab Saudi barangkali telah membersihkan orang-orang yang terlibat di dalam gerakan Juhaiman namun mengabaikan ideologi yang berada dibelakangnya, dan membiarkan ajaran itu tumbuh subur dan menyebar.
Penulis:
Untuk menyibak detail peristiwa ini, Trofimov memburu sumber-sumber penting dan tepercaya, perpustakaan British, satu-satunya tempat di Eropa yang menyimpan pelbagai surat kabar Saudi tahun 1979, arsip Pemerintah AS dan Inggris yang berisi laporan rahasia dari para Diplomat dan mata-mata; serta CIA dan British Foreign Office.
Kesan:
Ini buku yang paling bikin nderedeg untuk dibikin review. Dan sukses membuat saya nekad sampai menjelang pagi menuntaskan membacanya sampai akhirnya nggak berani ke toilet sendiri malam itu. Buku bagus sekaligus seram.
Tetapi dibalik keseraman buku ini, ada satu pernyataan Juhaiman yang menyatakan penyesalannya, dinukil dari halaman 248, “Ketika Juhaiman dibawa pergi, salah satu perwira bertanya lagi kepadanya, mengapa dia memperlakukan tempat suci seperti itu. Kenyataan kekalahan mendalam mulai dirasakan, “Jika aku tahu akan berakhir dengan cara seperti ini, aku tidak akan melakukannya,” Juhaiman menjawab dengan nada mengeluh.”