The Best Chicken Soup 2: Persembahan Nabi dan Keluarganya


Judul: The Best Chicken Soup 2: Persembahan Nabi dan Keluarganya
Judul Asli: The Narrative of Veracious
Penulis: Murthada Muthahhari
Penerjemah: Leinovar
Penerbit: Mizan Media Utama
Tahun terbit: 2005
Tebal: 251

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”

Sebelum para Nabi dan Rasul diutus ke muka bumi, kondisi masyarakat pada saat itu berada dalam kebodohan (ketidaktahuan akan petunjuk dari Tuhan). Mereka hidup sesukanya. Yang kuat menindas yang lemah dan segala perbuatan buruk lainnya. Kemudian secara bertahap para Nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk menyampaikan kebenaran dan menyeru kepada umat manusia agar kembali ke jalan yang lurus serta senantiasa beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Para Nabi dan Rasul adalah orang-orang pilihan Allah yang memiliki akhlak mulia. Buku ini berisi kisah-kisah keteladanan yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw (Nabi terakhir dan penutup) beserta keluarga dan sahabatnya. Buku ini sarat akan nilai-nilai moral seperti kejujuran, ketekunan, dan sifat baik lainnya. Islam memberikan tempat tertinggi pada akhlak yang mulia, seperti tersirat dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.”

Dalam kisah Sebuah Nasihat diceritakan seorang lelaki yang mendesak Rasulullah Saw untuk memberikan kata sebagai nasihat untuknya. Setelah membuat lelaki itu berjanji hingga tiga kali maka Rasulullah Saw bersabda, “Tiap saat kau memutuskan untuk melakukan sesuatu, pertama-tama, pikir dan renungkanlah akan akibat, konsekuensi serta hasilnya: jika berdasarkan penglihatanmu konsekuensi serta hasil semuanya baik, maka ikutilah. Namun bila ujungnya ternyata menjauh dan menyimpang dari kebaikan, maka singkirkanlah keputusanmu itu!” (hal 24)

Nasihat Nabi Saw di atas menegaskan utamanya melihat dampak dari suatu perbuatan kita terhadap orang lain dan sekitarnya terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu. Di sini kita diingatkan untuk tidak bersikap egois dan mau menang sendiri.

Lain kisah bercerita tentang pengorbanan seorang imam yang memiliki gandum sementara orang lainnya kesulitan memperoleh gandum. Ia memerintahkan pembantunya untuk menjual gandum tersebut dan memilih untuk membeli roti di pasar yang sama dengan roti yang dikonsumsi orang lain saat itu, yaitu roti campuran dari gandum dan jewawut. “Meski jauh dari cukup, namun aku lebih mementingkan ‘ukuran ketercukupan’ di mata Allah.” (halaman 34)

Pesan dari kisah di atas mengajarkan agar kita mau berbagi kepada orang lain. Tidak mudah tentu saja menerapkan nasihat di atas apalagi jika kita sendiri merasa membutuhkan hal yang harus kita bagi tersebut. Sikap manusia adalah mendahulukan kepentingannya sendiri terpenuhi baru memikirkan orang lain. Kita cenderung merasa kurang selalu. Berbagi adalah pembelajaran diri untuk mampu melawan hawa nafsu berupa keserakahan yang ada di dalam diri kita.

Kisah lainnya pun tak kalah menarik, seperti nasihat agar manusia selayaknya tak mengganggu orang lain, juga sebaiknya tak mempertontonkan kemalangan dan kesulitan kita kepada orang lain seperti dikutipkan dalam tulisan berikut ini.
“…, namun aku akan mengingatkanmu akan satu hal, janganlah menunjukkan kemalangan serta kesulitanmu di hadapan orang lain. Pertama, tindakan itu akan menunjukkan kau dikalahkan oleh kesulitan yang menimpamu. Dan kedua, kau akan kehilangan harga diri, martabat, dan kehormatanmu menjadi rendah.” (halaman 46)

Dalam kisah Siapa yang Lebih Saleh diceritakan seorang yang awalnya rajin menghadiri kuliah dan ceramah tiba-tiba tidak terlihat selama beberapa waktu. Kemudian imam Sadiq bertanya kepada seseorang. Diketahui si fulan itu jatuh miskin dan ia hanya duduk-duduk saja di rumah dan mengabdikan seluruh waktunya untuk berdoa. Imam Sadiq bertanya, “Lalu bagaimana ia memenuhi kebutuhan hidupnya? Salah seorang temannya menanggung seluruh biaya kehidupannya, kata orang tersebut.
“Demi Allah aku bersumpah! Temannya itu lebih saleh daripada dia.” (halaman 68)

Berdoa dan berikhtiar adalah kewajiban setiap manusia.

Masih banyak kisah menarik lainnya di buku ini. Buku kecil dan ringan ini bisa dibaca berulangkali. Pun cerita di dalamnya bisa menjadi bahan renungan diri yang semoga dapat membawa perubahan yang baik ke dalam diri kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.