Belajar Tiada Henti

“Belajarlah sebanyak-banyaknya. Get all the education you can! Sesudah itu, lakukanlah sesuatu. Bagi bangsa Indonesia!” (Cacuk Sudarijanto)

image001.jpg Bagi Cacuk, hidup adalah proses belajar yang tidak pernah berhenti. Untuk itulah buku ini ada, berkisah tentang berbagai hal yang telah Beliau pelajari dari orang-orang dan lingkungan selama hidupnya.

Mantan petinggi dari perusahaan telekomunikasi, dahulu dikenal Perumtel, ini memulai awal karirnya sebagai direktur utama di PT Telkom. Membaca sepak terjang Beliau untuk membangunkan perusahaan besar yang sedang tertidur ini sungguh mengagumkan. Dengan 40 ribu karyawan dan jumlah sarjana hanya 2% , Perumtel pada saat itu sungguh-sungguh berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Belum lagi citra yang menempel pada Perumtel saat itu, citra kekumuhan tidak saja dalam artian fisik tetapi juga mental. Mungkin tidak seperti sekarang, kala itu karyawan Perumtel tidak mempunyai kebanggaan institusional pada diri mereka. Telkom sangat beruntung pernah memiliki seorang pemimpin dengan visi besar.

Apa yang saya pelajari dari buku ini? Semangat, dedikasi dan loyalitas. Beliau meyakini bahwa ilmu dan pengetahuan yang diperolehnya harus dikembalikan untuk membangun negeri ini. Seperti lagu kesukaan Beliau, Bagimu Negeri. Dulu, saya pernah bertanya-tanya mengapa Telkom selalu menyiarkan lagu ini pada saat-saat tertentu. Sekarang, saya tahu jawabannya :).

Comments

  1. Saya rasa.. semua orang sudah tahu.. bahwa mereka selalu belajar. cuman sayangnya, arti belajar dipersempit dengan istilah edukasi.. bahh, belajar kok susah amat.. belajar memahami diri sendiri baru edukasi.. 🙂

  2. Aku salah satu orang yang mengagumi beliau….
    bagus banget kalo denger sepak terjangnya

    Oh ya sekarang udah gak denger lagi lagu itu, tiap sore diganti lagu Hymne Telkom

  3. Sepanjang kita masih bernafas akan selalu ada hal-hal baru untuk kita pelajari. Jadi memang benar, tak ada kata berhenti untuk belajar. Buku yang menarik, Mbak!

  4. Yudha:
    Ops, sory lupa melampirkan gambar. Tapi, sekarang sudah tahu kan judul bukunya? 🙂
    Aki:
    Setuju, Aki.
    Taruma:
    🙂
    Deniar:
    Wah, sayang sekali.
    Ersis:
    Sama-sama, Pak.
    Dian:
    Hmm, mungkin karena orang malas berpikir.
    Novi:
    Very interesting, indeed.

  5. Kalau menurut saya Bu, warga bangsa ini banyak yang berkeinginan belajar. Tapi mereka malas untuk menerapkan hasil belajar mereka dan cenderung untuk menunggu orang lain beraksi.
    Giliran ada orang lain yang beraksi, baru deh cuap-cuap ga karuan minta jatah.
    Tapi kayanya Bu Enggar dan para pengunjung ga gitu deeehhh…

  6. ibu, nama saya enggar juga. salam kenal..
    kalau melihat dari judulnya, sudah mengandung pesan yang saya kira sebagian besar orang di dunia ini akan setuju bahwa belajar itu bisa dilakukan sampai akhir hayat. tentunya bukan belajar akademik yang dimaksud.
    wah, jadi pengen baca juga.
    http://www.gareng.net/

  7. sepertinya buku ini bagus ya..
    terima kasih dah berbagi.. kalau boleh saya tahu, dimana saya bisa cari buku ini?karena di Gramedia Jogja gak ada buku ini..
    Tolong ya ya..
    Terima kasih sebelumnya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.