Salju


Judul: Salju
Penulis: Orhan Pamuk
Penerbit: Serambi
Tahun terbit: Agustus 2015
Tebal: 665

“Salju mengingatkan saya kepada Tuhan. Salju mengingatkan saya pada keindahan dan kemisteriusan makhluk hidup, pada kebahagiaan yang paling asasi, yaitu kehidupan.” (halaman 146)

Salju berkisah tentang seorang buangan politik bernama Ka. Ka adalah penyair Turki yang menganut paham ateis. Oleh karena pilihannya ia kemudian diasingkan dan diberi suaka ke Frankfurt, Jerman. Ka kemudian memutuskan hubungan dengan para komunis Turki setelah ia dinyatakan sebagai buangan politik dan diberi tunjangan suaka. Setelah lama tidak mengunjungi negaranya, Ka memutuskan kembali Ke Turki untuk menyelidiki banyaknya wanita muda berkerudung yang melakukan bunuh diri.

Kota Kars adalah tempat Ka menetap sebagai utusan wartawan dari tempatnya bekerja. Di sana Ka bertemu dengan cinta lamanya, seorang wanita bernama Ipek. Ipek yang kini telah bercerai dari suaminya kemudian menjalin hubungan kembali dengan Ka. Pada suatu peristiwa ketika Ka dan Ipek sedang berada dalam sebuah cafe terjadi penembakan yang dilakukan oleh seorang ekstrimis muslim kepada direktur pendidikan. Kejadian ini menyeret Ka menjadi saksi mata dalam peristiwa tersebut.

Kota Kars, Ipek dan Salju ternyata menginspirasi Ka untuk membuat puisi kembali. Kepingan salju mengingatkan Ka akan masa kecil dan perasaan mistik akan keberadaan dirinya di masa lampau dan kini. Ka seolah mendapatkan kemampuan menulis puisi-puisinya kembali.

Tokoh lainnya dalam kisah ini yang juga mengambil peran penting adalah Kadife. Kadife, adik kandung Ipek adalah seorang muslimat taat. Kadife bergabung dan menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok perempuan Turki yag memperjuangkan hak mereka untuk berhijab. Ka menyebut kelompok ini sebagai feminis islam. Kadife mencintai seorang islamis politis yang hendak melakukan kudeta militer untuk mengembalikan Turki menjadi negara islam.

Ulasan
Salju adalah kisah tentang benturan peradaban Timur dan Barat. Bercerita tentang Turki sebagai negara sekuler dibawah pemerintahan Kemal Ataturk, novel ini berisi dilema yang dihadapi oleh sebuah bangsa yang terpecah belah antara tradisi, agama, dan modernisasi. Ataturk adalah pendiri dan presiden pertama Republik Turki. Dikutip dari Wikipedia, “Setelah kekalahan Kekaisaran Ottoman di tangan tentara Sekutu, dan rencana-rencana berikutnya untuk memecah negara itu, Mustafa Kemal memimpin gerakan nasional Turki dalam apa yang kemudian menjadi Perang Kemerdekaan Turki. Kampanye militernya yang sukses menghasilkan kemerdekaan negara ini dan terbentuknya Republik Turki. Sebagai presiden pertama negara ini, Mustafa Kemal memperkenalkan serangkaian pembaruan yang luas yang berusaha menciptakan sebuah negara modern yang sekuler dan demokratis.”

Reformasi Ataturk ini melarang penggunaan jilbab yang dinilai sebagai sebuah kemunduran dan menjadi hambatan dalam mencapai tujuan Turki yang modern. Pelarangan ini kemudian mendapat pertentangan dari kaum muslim konservatif sehingga mengakibatkan bentrokan dengan pihak militer.

Sejujurnya, ini novel yang berat. Namun demikian tetap layak untuk dituntaskan. Dialog dan pemikiran tokoh-tokoh di dalam buku ini membuka wawasan kita tentang pertentangan yang terjadi antara dunia islam radikal dan sekuler, bahasan yang masih akurat sampai saat ini pun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.