Judul: Citra Rashmi, Konspirasi Putri Mahkota
Penulis: Tasaro GK
Penerbit: Qanita (PT Mizan Pustaka)
Tebal:620
Setiap hal di dunia ini sedang berputar sesuai rencana Langit. Tak perlu bersedih, jangan terlalu bergembira. (Hal 190).
Sannaha kecil dikirim ke luar istana sebagai mata-mata. Calon putri mahkota ini berguru kepada Candrabhaga, pemimpin dari perguruan yang ditengarai sebagai tempat bersarang para pemberontak berbahaya. Ajaran yang dibawa Candrabhaga diyakini dapat memecah belah rakyat dibawah kekuasaan raja Linggabuana, ayahanda putri Sannaha.
Sannaha dimbimbing langsung oleh Candrabhaga untuk belajar ilmu kanuragan. Bukan tanpa sebab jika Sannaha harus memiliki keterampilan bela diri. Sebelum dikirim ke perguruan Sannaha pernah ditawan oleh kelompok pemberontak Yaksapurusa. Dengan bantuan salah seorang putra yang sekaligus anggota Yaksapurusa, Elang Merah, Sannaha berhasil melarikan diri dan selamat.
Setelah empat tahun belajar di perguruan, Sannaha ditarik pulang dan setelahnya perguruan diserang dan dihancurkan oleh prajurit kerajaan. Candrabhaga dan para muridnya kemudian menyingkir ke lereng pangrango.
Bertahun-tahun kemudian Sannaha kembali ke perguruan. Ia datang ke perguruan untuk menyampaikan pesan raja. Namun penghormatan dan kecintaan Sannaha kepada sang Guru memaksa ia bersimpang jalan dengan keinginan sang raja. Sannaha memiliki rencananya sendiri.
Sebagai calon putri mahkota, Sannaha paham benar bahaya yang mengincarnya. Ia terjebak ke dalam perseteruan perebutan kekuasaan dan pemberontakan paling berbahaya yang dikepalai ketua Yaksapurusa, seorang lelaki bengis dan tak mengenal kata kasihan. Puncak kemarahan Sannaha adalah ketika ia mengetahui Guru yang dikasihinya dibunuh secara sadis oleh Merak Hitam, salah seorang anggota utama Yaksapurusa. Sejak itu gendang pembalasan diserukan Sannaha kepada Yaksapurusa. Ia tak akan mundur untuk membalas kematian sang Guru.
Sementara itu, diam-diam Purandara (nama asli Elang Merah), lelaki kecil yang dahulu telah membantu Sannaha membebaskan diri dari tawanan Yaksapurusa menyimpan cinta untuk sang putri mahkota. Sannaha bukan tidak mengetahuinya, karena sesungguhnya ia pun menyimpan perasaan yang sama. Ia tahu bahwa Purandara tidak pernah meninggalkannya. Purandara selalu muncul pada saat-saat genting untuk menyelamatkan dirinya. Kisah percintaan mereka membuat kehidupan Sannaha menjadi semakin rumit.
Berbalikan dengan Purandara, Sannaha memilih untuk tidak larut ke dalam perasaannya sendiri.
“Tidak. Kau tidak mengerti. Kau tidak mau mengerti. Di atas bumi ini, banyak hal yang lebih layak untuk diperjuangkan. Perdamaian, kesejahteraan rakyat, perlawanan terhadap ketidakadilan. Itu semua jauh lebih layak untuk diutamakan.” (halaman 610).
Pun ketika Purandara mengetahui Sannaha menerima pinangan raja wilwatikta.
“Kau boleh meninggalkanku, tapi aku tak akan pernah meninggalkanmu.”
Apa rencana Sannaha, yang memiliki sebutan Putri Citra Rashmi? Konspirasi apa yang sedang direncanakan calon putri mahkota yang teguh hati dan keras kepala itu?
Nah, penasaran? Barangkali rasa ingin tahu itu harus kita simpan lebih lama karena buku ini merupakan dwilogi dari kisah Citra Rashmi.
Ulasan:
Citra Rashmi adalah novel berbalut sejarah yang terinspirasi dari kitab raja-raja. Citra Rashmi sendiri adalah putri kerajaan Sunda yang dikenal dengan nama Dyah Pitaloka Citraresmi. Konon Dyah Pitaloka atau Citraresmi digambarkan sebagai gadis yang memiliki kecantikan luar biasa. Menurut pararaton, ia dijodohkan dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit yang berkeinginan untuk menjadikan Citraresmi sebagai permaisuri. Namun dalam tragedi Perang Bubat dikisahkan Citraresmi melakukan bunuh diri.
Tragedi ini sangat merusak hubungan antara kedua kerajaan (Sunda dan Jawa) yang berakibat permusuhan hingga bertahun-tahun kemudian. Hubungan kedua negara ini tidak pernah pulih kembali seperti sediakala.
Konflik yang ada di dalam buku ini adalah rangkaian kisah berulang di dalam setiap jaman, dengan kemasan yang berbeda. Ajaran atau keyakinan seringkali menjadi sumber perseteruan antar manusia. Pengkhiatanan, perebutan kekuasaan, dan beragam intrik memiliki wajahnya sendiri.
“Lihatlah para pejabat Kawali. Apa bedanya yang mereka lakukan dengan apa yang kukerjakan? Mereka merampasi harta rakyat setiap hari. Dengan cara sopan yang menekan sampai cara paling kasar, bahkan pembunuhan. Apa bedanya? Kecuali mereka mengenakan seragam pembesar, kami sama saja. …. Lihatlah orang-orang Kawali, para tohaan, panglima, sampai prajurit kacangan. Yang mereka lakukan hanyalah membungkus keberingasan mereka dengan pakaian yang necis dan kata-kata memabukkan.” (Hal 405).
Penulis juga menyelipkan sebuah cerita sederhana mengenai keteraturan. Sesuatu, yang barangkali perlahan memudar di dalam sebuah hubungan sosial masyarakat. Menurut KBBI Daring, keteraturan adalah kesamaan keadaan, kegiatan, atau proses yg terjadi beberapa kali atau lebih; keadaan atau hal teratur. Dalam berbagai pergaulan, interaksi antarmanusia, tindakan serampangan lebih banyak dipertontonkan. Mengapa kah?